Balas Budi Para Binatang
Oleh
: Master Cheng Yen
Suatu
hari di sebuah kota kecil, terdapat seekor kura-kura yang tampak digantung
terbalik dengan tali pada tempurungnya. Sang penjual meneriakkan, "Dijual!
Dijual!" Keempat kaki si kura-kura terus menendang udara, terlihat sangat
menderita. Namun sang penjual tidak peduli. Dengan suara lantang ia berteriak,
"Ayo, silahkan beli kura-kura! Dagingnya bernutrisi, dapat membuat panjang
umur."
Kebetulan seorang kakek yang berbudi
dan welas asih lewat di tempat itu. Saat melihat penderitaan Kura-kura, hatinya
tidak tega. Si kakek berniat membeli kura-kura itu untuk dilepaskan kembali ke
habitatnya. Sang penjual mengetahui bahwa kakek ini adalah orang yang baik
hati, maka dia sengaja membuka harga yang sangat tinggi.
"Baiklah,
seekor harganya 1.000.000 tail (mata uang kuno)! Kalau tidak mau, kura-kura ini
lebih baik saya bawa pulang untuk dijadikan sup," katanya. Mendengar
perkataan sang penjual, tanpa pikir panjang Kakek langsung menyetujui harganya.
Kemudian
dengan sangat hati-hati, Kakek membawa pulang kura-kura yang terluka itu pulang
ke rumahnya. Di rumah, Kakek melepaskan tali yang mengikat Kura-kura, dan
membersihkan mereka dengan air yang bersih, serta mengobati luka mereka.
Sesudah kondisi Kura-kura ini pulih, Kakek membawa mereka ke tepi sungai untuk
dilepaskan. "Berenanglah ke tempat yang jauh, dan baik-baiklah menjaga
diri. Jangan tertangkap oleh nelayan lagi," pesan Kakek sambil melepas
kura-kura yang perlahan berenang kembali ke dalam air.
Hati
Kakek sangat bahagia. Dia pernah berjanji akan memperlakukan semua makhluk
dengan sama rata, bersumbangsih di saat mereka membutuhkan dan menderita. Hari
ini, janjinya telah terpenuhi, dan dia pun merasa sangat tenang.
Selang
tak lama, di suatu malam yang tenang, saat semua orang sedang tidur lelap,
terdengar suara ketukan pintu tanpa henti. Kakek terbangun dari tidur lelapnya.
Ia meminta pelayan untuk melihat apa yang terjadi di luar. Ternyata ada
Kura-kura yang dengan erat menggenggam gelang pintu sambil mengetuk. Kakek pun
keluar untuk memeriksa. Ternyata sang kura-kura telah kembali. Kura-kura
menengadahkan kepalanya, memandang Kakek dengan mata penuh rasa terima kasih
mendalam.
Sambil
menundukkan kepala, Kura-kura berkata, "Terima kasih Anda telah
menyelamatkan hidup saya. Hari ini saya kembali untuk membalas budi Anda. Dalam
beberapa hari ke depan, air sungai akan meluap dan kota ini akan terendam.
Siapkanlah sebuah kapal. Pada saatnya nanti saya akan menuntun Anda untuk
meninggalkan kota ini."
Kakek
berterima kasih atas peringatan kura-kura. Begitu hari terang, Kakek bergegas
melaporkan berita ini kepada Raja, agar Raja mengumumkan kepada rakyat yang
tinggal di tempat yang rendah untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Raja
sangat menghargai berita dari kakek dan segera mengeluarkan titah untuk
mengungsi. Sementara Kakek pun mulai mempersiapkan kapal. Beberapa hari
kemudian, air sungai meluap dan kota mulai berubah menjadi lautan. Saat itu,
Kura-kura muncul sesuai janjinya, ia berkata, "Lekas, air sudah memasuki
kota! Naiklah ke atas kapal, saya akan menuntun Anda." Kakek dan
keluarganya naik ke kapal dan mengikuti Kura-kura.
Di
perjalanan, seekor rubah meminta pertolongan, dan Kakek pun menolongnya. Tak
lama, seekor ular berenang ke arah kapal meminta pertolongan, dan kakek kembali
menolong si ular. Kapal terus melaju. Kemudian seseorang mendekat meminta
pertolongan. Tepat saat Kakek menjulurkan tangan untuk mengangkat orang itu,
Kura-kura berseru, "Kita tidak boleh menolong manusia!" Kakek merasa
heran, "Rubah dan ular boleh ditolong, mengapa manusia tidak boleh?"
Tapi Kakek tidak tega melihat orang itu mati tanpa ditolong, maka orang itu
akhirnya tetap dinaikkan ke atas kapal.
Setelah mengawal kapal hingga tiba
di tempat yang aman, sebelum pergi Kura-kura berkata pada Kakek, "Di dunia
ini yang paling mudah berubah adalah hati manusia. Beritahukanlah pada setiap
manusia yang Anda tolong untuk menjaga hati mereka baik-baik." Setelah
mengucapkan terima kasih, Rubah dan Ular juga pergi.
Rubah menemukan sebuah gua yang
kering untuk beristirahat. Ternyata, di dalam gua tersebut terdapat harta yang
terpendam. Rubah pun bergegas melaporkan penemuannya pada Kakek. Ia berharap
Kakek dapat menggunakannya untuk menolong makhluk lain. Namun, hal ini
diketahui oleh orang yang ditolong Kakek. Dalam hati orang itu terbersit
ketamakan. Dia mengancam Kakek, "Anda harus memberikan setengah harta pada
saya, bila tidak saya akan melaporkan pada pejabat setempat bahwa Anda
mendapatkannya dari mencuri."
Kakek
tidak menyetujuinya karena ia berencana menggunakan harta itu untuk membantu
lebih banyak makhluk yang menderita. Karena niat jahat sudah berakar dalam
hatinya, orang itu membuat laporan bohong kepada pejabat setempat, hingga
akhirnya kakek dipenjara.
Kabar ini sampai ke telinga Ular.
Untuk membalas budi pada Kakek, Ular menggigit daun obat lalu diberikan pada
Kakek dalam penjara. Ular meminta Kakek menjaga daun obat itu baik-baik.
"Kelak ini akan berguna untuk mengeluarkan Anda dari penjara,"
pesannya. Tak lama kemudian, putra mahkota sakit parah. Karena kondisi putranya
terus memburuk, Raja mengeluarkan pengumuman, "Siapapun yang dapat
menyembuhkan nyawa Putra Mahkota akan mendapat setengah wilayah kerajaan
sebagai imbalan."
Pengumuman telah terpasang cukup
lama, namun belum seorang pun berhasil menyembuhkan putra mahkota. Saat
mendengar kabar tersebut, Kakek berpikir, "Apakah daun obat yang diberikan
Ular dapat menyembuhkan putra mahkota?" Daun obat itu pun diserahkan
kepada Raja, dan setelah putra mahkota memakannya, kondisinya berangsur-angsur
membaik. Raja menepati janjinya, setengah wilayah kerajaan dibagikan kepada
Kakek. Dan kakek menjalankan pemerintahan yang bajik di daerah kekuasaannya,
mewujudkan impiannya untuk menolong semua makhluk hidup.
----------------------------------------------------------
Pesan Master Cheng Yen:
Cerita ini mengingatkan kita bahwa hati manusia sangatlah
rumit. Terkadang manusia melakukan hal yang kejam dan tidak
berperikemanusiaan karena dikuasai ketamakan. Hal inilah yang memusnahkan
umat manusia. Apabila kita dapat senantiasa menjaga hati, berbuat kebajikan,
menyayangi semua makhluk dengan hati yang setara, menjalin jodoh yang baik
yang luas, sesungguhnya kita sedang "menolong diri sendiri".
|
Sumber : http://www.tzuchi.or.id/view_cerita.php?id=16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar